Hujan di tempat ku dan tempat mu.
Beda.
Hujan mu tdk sopan.
Tanpa tedeng aling aling.
Tiba-tiba hadir.
Menderas.
Meneduh.
Sesuka hati.
Beda.
Hujan ku.
Dengan pembukaan mendungnya.
Dengan suara salamnya. Guruh.
Kemudian datang.
Gerimis. Lalu dengan pasti menjadi deras.
Alam menjadikan manusia.
Rasa mu pun tidak sopan.
Datang dengan tiba-tiba.
Pergi pun.
Menguat, mengecil, menghilang sesuka mu.
Kau bilang, semua karena suasana.
Ya lah.
Buatku, rasa ku sopan.
Sesopan sisi pikirku.
Dia memberi tanda. Akan tatapanku yang tak lepas.
Dia memberi degup. Aku sebut itu guruhnya.
Membesar dan menjadi pasti.
Lalu kemudian mati.
Dengan tertatih-tatih.
Hujan dan rasa mu sungguh tidak sopan.
Layaknya tamu yang mengetuk kemudian lari ketika dibukakan pintu.
Pintu ku terlanjur terbuka.
Yang mengetuk sudah lari.
Tinggalkan angin di malam hari.
Dingin.
Gelap.
Namun ketidaksopanan mu itu.
Mungkin. Bisa jadi.
Itu yang buatku selalu menunggu hujan di tempatmu.
Romantis namun tragis.
Minggu, 01 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar