Hujan di tempat ku dan tempat mu.
Beda.
Hujan mu tdk sopan.
Tanpa tedeng aling aling.
Tiba-tiba hadir.
Menderas.
Meneduh.
Sesuka hati.
Beda.
Hujan ku.
Dengan pembukaan mendungnya.
Dengan suara salamnya. Guruh.
Kemudian datang.
Gerimis. Lalu dengan pasti menjadi deras.
Alam menjadikan manusia.
Rasa mu pun tidak sopan.
Datang dengan tiba-tiba.
Pergi pun.
Menguat, mengecil, menghilang sesuka mu.
Kau bilang, semua karena suasana.
Ya lah.
Buatku, rasa ku sopan.
Sesopan sisi pikirku.
Dia memberi tanda. Akan tatapanku yang tak lepas.
Dia memberi degup. Aku sebut itu guruhnya.
Membesar dan menjadi pasti.
Lalu kemudian mati.
Dengan tertatih-tatih.
Hujan dan rasa mu sungguh tidak sopan.
Layaknya tamu yang mengetuk kemudian lari ketika dibukakan pintu.
Pintu ku terlanjur terbuka.
Yang mengetuk sudah lari.
Tinggalkan angin di malam hari.
Dingin.
Gelap.
Namun ketidaksopanan mu itu.
Mungkin. Bisa jadi.
Itu yang buatku selalu menunggu hujan di tempatmu.
Romantis namun tragis.
Minggu, 01 September 2013
Rabu, 24 Juli 2013
Berbisik Pada Langit
Malam ini ku berbisik pada langit
Langit yang sama
Tentu, langit yang selalu akan sama
Langit yang setia akan janjinya pada dunia
"Langit, kadang aku mengajak mu berbincang"
"Langit, kau lah satu-satu nya saksi atas segala rasa yang ku bisikkan dalam sela nafas"
Langit pun berbisik padaku
Lewat angin, penyampai bisikannya
Kadang dingin
Kadang hangat
Kadang..
"Langit, jika kau menangis
Hujan jatuh ke bumi
Langit, bila ku menangis
apa yang jatuh?"
Langit selalu langit yang sama
Hati masih hati yang sama
Keadaan, itu yang tak lagi sama
Langit yang sama
Tentu, langit yang selalu akan sama
Langit yang setia akan janjinya pada dunia
"Langit, kadang aku mengajak mu berbincang"
"Langit, kau lah satu-satu nya saksi atas segala rasa yang ku bisikkan dalam sela nafas"
Langit pun berbisik padaku
Lewat angin, penyampai bisikannya
Kadang dingin
Kadang hangat
Kadang..
"Langit, jika kau menangis
Hujan jatuh ke bumi
Langit, bila ku menangis
apa yang jatuh?"
Langit selalu langit yang sama
Hati masih hati yang sama
Keadaan, itu yang tak lagi sama
Ruang Kosong
Ada ruang kosong
Porak poranda keadannya
Tempat persinggahan
Dimana dibuang rasa disitu
Ya, ruang kosong
Sunyi keadannya
Rindu untuk ditempati
Jangan sekedar singgah bisik nya
Datang pergi sesuka hati
Tinggalkan kursi kosong
Kemudian berdebu usang tak lagi kembali
Angin kosong saja kawan ruang itu
Ruang tanpa penghuni tetap
Hanya para persinggahan
Sekejap namun bawa darah dalam dindingnya
Ruang ada ruang kosong
Ruang kosong dgn kursi kosong melompong simpan bunyi hanya omong yang kemudian pergi dalam lolong kosong dalam ruang
Kosong
Porak poranda keadannya
Tempat persinggahan
Dimana dibuang rasa disitu
Ya, ruang kosong
Sunyi keadannya
Rindu untuk ditempati
Jangan sekedar singgah bisik nya
Datang pergi sesuka hati
Tinggalkan kursi kosong
Kemudian berdebu usang tak lagi kembali
Angin kosong saja kawan ruang itu
Ruang tanpa penghuni tetap
Hanya para persinggahan
Sekejap namun bawa darah dalam dindingnya
Ruang ada ruang kosong
Ruang kosong dgn kursi kosong melompong simpan bunyi hanya omong yang kemudian pergi dalam lolong kosong dalam ruang
Kosong
Sabtu, 08 Juni 2013
Tak pernah
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Ketika aku dan kamu
Cukup hingga di situ
Ya,
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Kita
Ombak
Remang cahaya keemasan
Tak ada yang lain
Dan sungguh,
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Ketika ku dengar degupan jantungmu
Serta menyadari
Dalam detik itu,
Kau hidup karena ku
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Angin subuh,
Tak pernah selembut itu
Ketika kau mengakui
Rasa itu ada
Untuk kita
Sebenar-benarnya,
Pagi pernah sepagi ini
Malam pernah semalam ini
Kureguk bersamaan
Dalam satu sajian
Pahit dan manisnya
Semburat fajar seiring semburat pipi ku
Ah.. Masih juga tersipu akan ingatan
Pagi memang tak pernah sepagi itu
Malam memang tak pernah semalam itu
Kecuali
Aku
Kamu
Kita
Malam tak pernah semalam itu
Ketika aku dan kamu
Cukup hingga di situ
Ya,
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Kita
Ombak
Remang cahaya keemasan
Tak ada yang lain
Dan sungguh,
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Ketika ku dengar degupan jantungmu
Serta menyadari
Dalam detik itu,
Kau hidup karena ku
Pagi tak pernah sepagi itu
Malam tak pernah semalam itu
Angin subuh,
Tak pernah selembut itu
Ketika kau mengakui
Rasa itu ada
Untuk kita
Sebenar-benarnya,
Pagi pernah sepagi ini
Malam pernah semalam ini
Kureguk bersamaan
Dalam satu sajian
Pahit dan manisnya
Semburat fajar seiring semburat pipi ku
Ah.. Masih juga tersipu akan ingatan
Pagi memang tak pernah sepagi itu
Malam memang tak pernah semalam itu
Kecuali
Aku
Kamu
Kita
Label:
Poem
Rabu, 15 Mei 2013
Nama buku itu..
Indonesia mengajar nama buku itu,
Halaman demi halaman ku lahap,
Ada buncah keinginan menjadi yang ada di buku itu,
Pasti sulit menjadi didalamnya dibanding dengan kita yang membacanya,
Tapi maknanya, pasti akan lebih dimengerti,
Ya, ini salah satu keinginanku untuk masa depan ku.
Sekarang saya berada di halaman 245,
Siapa yang tahu, suatu hari nanti saya berada di hari ke 245 dalam setahun mengabdi dari bagian "indonesia Mengajar"
:)
Halaman demi halaman ku lahap,
Ada buncah keinginan menjadi yang ada di buku itu,
Pasti sulit menjadi didalamnya dibanding dengan kita yang membacanya,
Tapi maknanya, pasti akan lebih dimengerti,
Ya, ini salah satu keinginanku untuk masa depan ku.
Sekarang saya berada di halaman 245,
Siapa yang tahu, suatu hari nanti saya berada di hari ke 245 dalam setahun mengabdi dari bagian "indonesia Mengajar"
:)
Senin, 13 Mei 2013
Hati
Saya pikir
Saya kira
Saya duga
Saya tak berhati lagi
Saya tak merasa lagi
Namun
Ketika air mata jatuh
Ah..
Hati saya masih disini
Saya masih dan selalu
Manusia berhati
Saya kira
Saya duga
Saya tak berhati lagi
Saya tak merasa lagi
Namun
Ketika air mata jatuh
Ah..
Hati saya masih disini
Saya masih dan selalu
Manusia berhati
Label:
Poem
Postingan dikala senin sore
Ada yang berbeda ketika saya membelokkan si dorothy (nama sementara si kuda besi yang sedang bersamaku) ke arah kiri menuju kos an
Kadang teduh pepohonan akan menyambutku beberapa meter ke depan, tapi kali ini terang benderang
Sayang di sayang, para pepohonan itu sudah ditebang, digantikan dengan pemandangan beberapa bangunan baru yang sedang dalam pengerjaan
Perubahan
Itu yang sedang terjadi di sekeliling ku
Kadang teduh pepohonan akan menyambutku beberapa meter ke depan, tapi kali ini terang benderang
Sayang di sayang, para pepohonan itu sudah ditebang, digantikan dengan pemandangan beberapa bangunan baru yang sedang dalam pengerjaan
Perubahan
Itu yang sedang terjadi di sekeliling ku
Minggu, 12 Mei 2013
Surat yang tak tersampaikan
Jogja hujan hari ini,
Setelah beberapa hari tidak
Karena memang sudah seharusnya seperti itu bukan?
Apa beda kehendak alam dan manusia
Hati
Ya, Hati saya rasa
Hari bisa hujan, bisa terik, bisa teduh, mendung, berangin
Apa sesuai suasana hati?
Tidak bukan?
Manusia, menangis, tertawa, tersenyum, bahagia, marah, gelisah
Hati yang gerakkan, rasa yang berbicara
Saya pernah membuang hati
Saya rajai logika dalam diri saya
Karena saya berpikir, sudah seharusnya seperti itu
Tapi saya pun pernah memungut hati itu
Bukan bagian dari penyesalan tapi..
Sepertinya memungut hati tidak tepat disini, menemukan hati (lagi)
Itu adanya..
Saya memutuskan untuk itu,
Tepat ketika..ah..sepertinya tanpa sadar
Jadi, apakah saya yang menemukan? Atau saya yang ditemukan?
Sayangnya, hati kali ini sejak awal telah menjadikan saya bagain dari pilihan
Sekarang saya sedang berjuang dengan tingkat harapan..kosong..
Saya merasa tahu akan ujung dari kisah ini,
Saya tidak menutup mata kali ini, tidak, saya hanya mengikuti alirannya
Ada air hati, kadang dia mengalir
Ada desah lelah, kadang dia terdengar
Ada raut tanpa ekspresi, kadang dia dikenakan
Suara hujan, malam.. Mengingatkan.. Menelusuri kenangan
Ingatan, kapan dia bisa disebut kenangan? Ketika telah usang?
Jika ketika itu tidak terjadi, sperti apa kisah yang ada sekarang?
Manusia memilih masa depannya, menentukannya sejak masa sekarang
Sayang, tidak menjadikan masa lalu sebagai acuan
Tadi itu langkah pertama,
Langkah selanjutnya, kecepatan, tujuannya akan jadi keputusan
Apa memang jogja dan hujannya harus segera jadi kenangan
Sekali lagi saya akan meminta kebahagiaan itu
Jawabmu jadi acuan kecepatan dan tujuan
Kemana seharusnya ku memandang embun di pagi hari
Di hari-hari yang mungkin akan ku jalani..
Jogja, 11 Mei 2013
Untuk : ms gilang
Dari: nona kiki
Setelah beberapa hari tidak
Karena memang sudah seharusnya seperti itu bukan?
Apa beda kehendak alam dan manusia
Hati
Ya, Hati saya rasa
Hari bisa hujan, bisa terik, bisa teduh, mendung, berangin
Apa sesuai suasana hati?
Tidak bukan?
Manusia, menangis, tertawa, tersenyum, bahagia, marah, gelisah
Hati yang gerakkan, rasa yang berbicara
Saya pernah membuang hati
Saya rajai logika dalam diri saya
Karena saya berpikir, sudah seharusnya seperti itu
Tapi saya pun pernah memungut hati itu
Bukan bagian dari penyesalan tapi..
Sepertinya memungut hati tidak tepat disini, menemukan hati (lagi)
Itu adanya..
Saya memutuskan untuk itu,
Tepat ketika..ah..sepertinya tanpa sadar
Jadi, apakah saya yang menemukan? Atau saya yang ditemukan?
Sayangnya, hati kali ini sejak awal telah menjadikan saya bagain dari pilihan
Sekarang saya sedang berjuang dengan tingkat harapan..kosong..
Saya merasa tahu akan ujung dari kisah ini,
Saya tidak menutup mata kali ini, tidak, saya hanya mengikuti alirannya
Ada air hati, kadang dia mengalir
Ada desah lelah, kadang dia terdengar
Ada raut tanpa ekspresi, kadang dia dikenakan
Suara hujan, malam.. Mengingatkan.. Menelusuri kenangan
Ingatan, kapan dia bisa disebut kenangan? Ketika telah usang?
Jika ketika itu tidak terjadi, sperti apa kisah yang ada sekarang?
Manusia memilih masa depannya, menentukannya sejak masa sekarang
Sayang, tidak menjadikan masa lalu sebagai acuan
Tadi itu langkah pertama,
Langkah selanjutnya, kecepatan, tujuannya akan jadi keputusan
Apa memang jogja dan hujannya harus segera jadi kenangan
Sekali lagi saya akan meminta kebahagiaan itu
Jawabmu jadi acuan kecepatan dan tujuan
Kemana seharusnya ku memandang embun di pagi hari
Di hari-hari yang mungkin akan ku jalani..
Jogja, 11 Mei 2013
Untuk : ms gilang
Dari: nona kiki
Senin, 06 Mei 2013
Postingan kala mikrobiologi
Disela sela kuliah mikrobiologi yang saya selingkuhi dengan blog walker
Tiba tiba saya ingin ngepost jg
Jadi saya ingin merekomendasikan blog blog, yah sebenarnya belim bisa dibilang blog blog sih tapi dua blog yang patut buat dikunjungi
Alasannya adalah
1. Yang punya blog masih mahasiswa aktif, jadi bisa menginspirasi
2. Mereka benar benar mahasiswa "aktif" yang bikin envy, buat saya sih
3. Tulisan tulisan mereka memang pantas untuk dilihat :)
Blognya yaitu:
http://nurvirtamonarizqa.blogspot.com/
Dan
http://azharologia.com/
Selamat ngeblogwalker temans :D
Tiba tiba saya ingin ngepost jg
Jadi saya ingin merekomendasikan blog blog, yah sebenarnya belim bisa dibilang blog blog sih tapi dua blog yang patut buat dikunjungi
Alasannya adalah
1. Yang punya blog masih mahasiswa aktif, jadi bisa menginspirasi
2. Mereka benar benar mahasiswa "aktif" yang bikin envy, buat saya sih
3. Tulisan tulisan mereka memang pantas untuk dilihat :)
Blognya yaitu:
http://nurvirtamonarizqa.blogspot.com/
Dan
http://azharologia.com/
Selamat ngeblogwalker temans :D
Kamis, 25 April 2013
Senja abu abu
Perbedaan itu menghasilkan pelangi.
Indah.
Persamaan itu menghasilkan duri.
Sakit.
Tahukan kau filosofi landak kawan.
Terlalu sama.
Terlalu rumit.
Batas pun tercipta.
Hingga waktu jadi jarak.
Pedih.
Apa senyum ku senja itu terasa mengiris.
Hingga kau tak jua tersenyum.
Bisu.
Tatapmu.
Sendu.
Maka mari kita biarkan janji senja abu abu beku pada denyut waktu itu saja.
Jika kan kembali.
Maka janji.
Membawa "kita" kembali.
Indah.
Persamaan itu menghasilkan duri.
Sakit.
Tahukan kau filosofi landak kawan.
Terlalu sama.
Terlalu rumit.
Batas pun tercipta.
Hingga waktu jadi jarak.
Pedih.
Apa senyum ku senja itu terasa mengiris.
Hingga kau tak jua tersenyum.
Bisu.
Tatapmu.
Sendu.
Maka mari kita biarkan janji senja abu abu beku pada denyut waktu itu saja.
Jika kan kembali.
Maka janji.
Membawa "kita" kembali.
Label:
Poem
Senin, 22 April 2013
10 menit
12:35
Waktu tepat terpaku disitu
Adakah sesuatu yang special? Yang berarti?
Saya rasa tidak
Saya hanya tiba-tiba saja ingin merajut untaian kata menjadi
lebih bermakna
12:36
Hey, satu menit berlalu
Sebenarnya sejak tadi apa yang saya kerjakan
Lirikan manik mata tak lepas dari benda di meja coklat itu
Apa yang saya harapkan darinya?
12:37
Ya, apa yang diharapkan darinya
Kami pernah saling menatap
Namun arahnya beda
Dia menatap masa depan
Saya masih di masa
lalu
12:38
Detik-detik waktu ini,
Ingin ku jadikan tempat menjebak asa ku
Biarkan tersimpan disini
12:39
Biarkan membeku disini
12:40
Biarkan termakan waktu,
Disini
12:41
Tik tik
Apa yang sebenarnya dicari
Apa sebenarnya ingin ditemukan
Untaian kata yang kusebut bermakna ini
Biar jadi tempatnya
12:42
Tempat ku ceritakan
Dia sang pemilik harum itu, mata itu, senyuman itu, tatapan
itu
Yang ku rindukan saat ini
12:43
Akankah ini klimaks atas kesepakatan pekat itu
Ah.. kata-kata selalu menjebak
Kadang jadi belati
Kadang jadi syair
12:44
Menguraikan segalanya dalam aksara
Sepertinya memang pilihan tepat
Rinduku sembuh
12:45
Karena ku temukannya dalam aksara
Sejak awal memang aksara
Duhai Penenun aksara
Label:
Poem
Ku sebut Dia (Penenun Aksara)
1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam
Hingga 7 jam
Tidak terbesit keinginan untuk sekedar beranjak
Mematikan malam dalam kungkungan gelap
Hingga Azmah berkumandang
Dan fajar dengan malu-malu nya menyadarkan kami
Aku dan Penenun aksara pun memutuskan
Menuntaskan dunia kami dalam 4 gelas kosong sebagai saksinya
Penenun aksara
Transaksi dengan Penenun aksara
Itu hasil yang kami putuskan
Dalam kelamnya malam
Disaat para dalang mengininkan pelakon
Kami akan menenunkan kisah
Dalam realitas berkedok demi tawa mereka
Ku sebut dia Penenun aksara
Dan ini transaksi ku dengan Penenun aksara
Label:
Poem
Langganan:
Postingan (Atom)