Perbedaan itu menghasilkan pelangi.
Indah.
Persamaan itu menghasilkan duri.
Sakit.
Tahukan kau filosofi landak kawan.
Terlalu sama.
Terlalu rumit.
Batas pun tercipta.
Hingga waktu jadi jarak.
Pedih.
Apa senyum ku senja itu terasa mengiris.
Hingga kau tak jua tersenyum.
Bisu.
Tatapmu.
Sendu.
Maka mari kita biarkan janji senja abu abu beku pada denyut waktu itu saja.
Jika kan kembali.
Maka janji.
Membawa "kita" kembali.
Kamis, 25 April 2013
Senin, 22 April 2013
10 menit
12:35
Waktu tepat terpaku disitu
Adakah sesuatu yang special? Yang berarti?
Saya rasa tidak
Saya hanya tiba-tiba saja ingin merajut untaian kata menjadi
lebih bermakna
12:36
Hey, satu menit berlalu
Sebenarnya sejak tadi apa yang saya kerjakan
Lirikan manik mata tak lepas dari benda di meja coklat itu
Apa yang saya harapkan darinya?
12:37
Ya, apa yang diharapkan darinya
Kami pernah saling menatap
Namun arahnya beda
Dia menatap masa depan
Saya masih di masa
lalu
12:38
Detik-detik waktu ini,
Ingin ku jadikan tempat menjebak asa ku
Biarkan tersimpan disini
12:39
Biarkan membeku disini
12:40
Biarkan termakan waktu,
Disini
12:41
Tik tik
Apa yang sebenarnya dicari
Apa sebenarnya ingin ditemukan
Untaian kata yang kusebut bermakna ini
Biar jadi tempatnya
12:42
Tempat ku ceritakan
Dia sang pemilik harum itu, mata itu, senyuman itu, tatapan
itu
Yang ku rindukan saat ini
12:43
Akankah ini klimaks atas kesepakatan pekat itu
Ah.. kata-kata selalu menjebak
Kadang jadi belati
Kadang jadi syair
12:44
Menguraikan segalanya dalam aksara
Sepertinya memang pilihan tepat
Rinduku sembuh
12:45
Karena ku temukannya dalam aksara
Sejak awal memang aksara
Duhai Penenun aksara
Label:
Poem
Ku sebut Dia (Penenun Aksara)
1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam
Hingga 7 jam
Tidak terbesit keinginan untuk sekedar beranjak
Mematikan malam dalam kungkungan gelap
Hingga Azmah berkumandang
Dan fajar dengan malu-malu nya menyadarkan kami
Aku dan Penenun aksara pun memutuskan
Menuntaskan dunia kami dalam 4 gelas kosong sebagai saksinya
Penenun aksara
Transaksi dengan Penenun aksara
Itu hasil yang kami putuskan
Dalam kelamnya malam
Disaat para dalang mengininkan pelakon
Kami akan menenunkan kisah
Dalam realitas berkedok demi tawa mereka
Ku sebut dia Penenun aksara
Dan ini transaksi ku dengan Penenun aksara
Label:
Poem
Langganan:
Postingan (Atom)